Harga Minyak Anjlok, Arab Saudi Potong Gaji PNS
Arab Saudi, Jumat (26/12), memproyeksikan defisit $39 miliar atau Rp 484,5 triliun pada tahun 2015 akibat anjloknya harga minyak di pasar global.
Keputusan Arab Saudi tidak memangkas produksi diperkirakan akan memberi tekanan pada keuangan negara, dan membuat Riyadh harus memangkas gaji pegawainya.
Dalam pernyataan resmi yang dibacakan televisi pemerintah, Kamis (14/12), defisit perdagangan Saudi Arabia dalah yang terbesar dalam sejarah.
Kementerian Keuangan Arab Saudi mengatakan pemerintah mencoba menghemat anggara dengan memotong gaji, upah, dan tunjangan, yang mewakili 50 persend ari total belanja negara.
Langkah ini kemungkinan akan membuat marah masyarakat Arab Saudi, yang relatif telah menderita untuk menutupi biaya hidup sebagai akibat turunnya harga minyak.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), sekitar dua per tiga penduduk Arab Saudi bekerja untuk pemerintah, alias pegawai negeri.
Anggaran 2015 mencakup $229 miliar pengeluaran, dan $190 miliar pendapatan. Arab Saudi akan coba menutupi kekurangan dengan menggali cadangan.
Beberapa ekonomi yakin defisit Arab Saudi tahun 2015, akibat turunnya harga minyak, jauh lebih besar dari perkiraan. Arab Saudi, masih menurut ekonom, cenderung meremehkan catatan keuangan masa lalu.
"Saya percaya kami sedang menuju tahun yang sulit," ujar Abdulwahab Abu-Dahesh, ekonom Arab Saudi kepada AFP. "Saya yakin defisit sebenarnya bukan $39 miliar, tapi $53 miliar, karena pendapatan akan lebih rendah dari perkiraan."