Resign sebagai PNS Demi Jadi Pengusaha Roti
Dialah sosok di balik suksesnya Roti Durian Panglima. Sejak 2013 hingga kini roti gembong berisi daging durian itu masih banyak diburu sebagai oleh-oleh. Bagaimana Nugrohadi mempertahankan bisnis roti sobeknya? Padahal produknya hanya bisa bertahan 24 jam untuk dikonsumsi.
CATUR MAIYULINDA, Samarinda
PRIA asal Semarang itu datang ke Samarinda pada 2008 karena penempatan dinas. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda, hanya bertahan dua tahun. Pria yang akrab disapa Nugi itu memutuskan resign pada 2010 dari pekerjaan yang banyak menjadi impian banyak orang itu. Tak langsung punya Roti Durian Panglima, setelah resign dia memulai bisnis roti manis kecil-kecilan.
Kepiawaiannya melihat keinginan pasar, memulai perjalanan sukses bisnis kulinernya. Nugi mengatakan, pasar itu jangan dicari. Namun harus melihat pasar perlu produk apa. Dari situlah pria kelahiran 28 Januari 1986 itu melakukan riset.
“Mengamati, ternyata warga Samarinda menyukai roti gembong. Tapi jika diisi dengan selai terlalu biasa, sehingga variasikan dengan daging durian. Karena masyarakat Kota Tepian banyak menyukai durian, terlihat dari banyaknya pembeli saat musim durian,” ujarnya, Selasa (13/12) di Gerai Panglima Jalan Juanda Samarinda.
Roti Durian Panglima pertama kali dijual pada 2013. Durian dianggap sebagai buah yang mahal. Namun Roti Durian Panglima merupakan daging durian asli yang dibalut dengan roti lembut, pada awal munculnya harganya hanya Rp 20 ribu. Langsung meledak di pasaran, bahkan awalnya roti ini hanya untuk makanan sehari-hari ternyata pada masyarakat terjadi pergeseran dan dijadikan oleh-oleh.
“Awalnya pada Juni 2013 saya menjual 100 roti dalam satu hari. Empat bulan kemudian, langsung meningkat 20 kali lipat,” ungkap ayah dari dua orang anak itu.
Suami dari Eva Suci Ramadhani mengatakan, pertama kali outlet resmi baru di East Kalimantan Center dengan antrean yang luar biasa pada saat itu. Dari Oktober hingga 2013 hingga Maret 2014, antrean panjang terus terjadi setiap harinya.
“Hingga bermunculan reseler Roti Durian Panglima hampir seluruh di pinggir jalan Samarinda. Walaupun sebetulnya kami tidak memiliki reseler resmi,” ujar pemilik hobi traveling itu.
Memasuki 2015 akhirnya Nugi memiliki outletnya resminya sendiri. Kini dia sudah memiliki 40 Karyawan. Dengan empat outlet resmi di Samarinda dan Balikpapan. Penjualan Roti Durian Panglima mencapai ribuan kotak setiap harinya.
Pergeseran yang dibuat masyarakat dari makanan sehari-hari menjadi oleh-oleh khas Samarinda. Membuatnya kini tak hanya produksi roti sobek isi durian, namun berbagai makanan khas Samarinda lainnya seperti elat sapi.
“Tantangan kondisi ekonomi sulit juga kami rasakan. Namun, alhamdulillah kami tidak mengalami penurunan hanya saja memang relatif stabil tidak ada peningkatan drastis seperti sebelumnya,” ungkap pria berjanggut itu.
Menurutnya, perlambatan ekonomi membuatnya haru terus berinovasi. Harus tetap berbeda tapi tetap bernilai di mata konsumen. Januari 2017 mendatang, Roti Durian Panglima resmi terdaftar pada ISO 9001. Sistem ini merupakan quality standar Internasional, yang menetapkan beberapa persyaratan untuk sistem manajemen mutu.
“Kami akan terus benahi kualitas produk agar menjaga kepercayaan pelanggan,” ujar pria berkacamata itu.
Tak hanya itu, tambahnya, perubahan kualitas pun dilakukan. Pada Februari 2017, dia sudah memiliki proses canggih yang akan membuat roti miliknya tahan hingga lima hari. Tanpa mengubah kualitas rasa durian, tetap tidak ada menggunakan pengawet berbahaya.
“Semoga ke depannya Roti Durian Panglima akan terus menjadi jalan rezeki orang banyak. Sebenarnya itulah gunanya sebagai seorang pebisnis,” tutupnya.*prokal